Kekuatan Prinsip Mengalahkan Godaan (Narkoba dan Rokok)
Setiap hari di media, baik
televisi, internet, koran atau radio, kita mendapati berita tentang
tertangkapnya pemakai narkoba, pengedar, kurir, produsen, penyeludup dan
pebisnis narkoba. Baik orang dewasa, laki-laki dan perempuan dan bahkan sudah
merambah ke dunia remaja dan anak-anak. Kalau tidak narkoba, alkohol atau
penyalahgunaan obat-obatan yang beredar di pasaran. Hal ini sudah sering
terjadi dan sudah pada tahap menghawatirkan bagi anak-anak dan generasi muda di
Indonesia.
Lain lagi dengan narkoba, salah
satu kegiatan yang tidak bisa dipandang enteng yang terjadi pada bangsa
Indonesia saat ini adalah rokok. Dengan banyaknya peringatan bahwa merokok
dapat merugikan kesehatan, gencarnya sosialisasi maupun pembelajaran di sekolah
tentang merokok, bahkan di bungkus rokok itu sendiri sudah tertulis dan
terdapat gambar yang begitu mengerikan tentang bahaya rokok, tetapi masih saja
banyak remaja yang mencoba menghisap rokok.
Kenapa hal ini bisa terjadi?
Padahal mereka tahun betapa berbahayanya kedua barang tersebut di atas. Apakah
karena faktor pendidikan, produsen barang tersebut, pengiklan atau media, orang
tua, kawan atau lingkungan, penjual atau beratnya beban hidup. Hal ini tentunya
tidak bisa dijawab oleh penulis. Namun sebagai bentuk sumbangsih sedikit pengalaman
ketika masa remaja, yang perlu dilakukan remaja pada saat ini adalah menjaga
dan melindungi diri sendiri. Sebab, tidak mungkin bisa mengendalikan para
raksasa perusahaan rokok atau bandar dan produsen narkoba kecuali kita
mempunyai kekuasaan atau pengaruh yang sangat kuat di dunia ini.
Dalam tulisan ini, tujuan
utamanya adalah bukan untuk mendiskreditkan para perokok senior yang membaca
tulisan ini, namun lebih di arahkan kepada para remaja yang masih dalam
tahap coba-coba atau tahap kecanduan yang
ringan. Namun kalau untuk penyalahgunaan narkoba, tulisan ini bertujuan agar
saudara-saudara yang menggunakannya bisa sadar dan kembali ke jalanNya yang
lurus. Namun, secara umum, tulisan ini dipersembahkan untuk mengajak para
pembaca untuk meninggalkan penyalahgunaan narkoba dan penggunaan rokok demi
masa depan yang lebih baik dan lebih sejahtera dengan harapan setiap usaha
untuk meninggalkan perbuatan terlarang atau maksiat tersebut menjadikan pahala
dan dicatat sebagai ibadah oleh Allah SWT.
Cerita ini berawal ketika penulis
masih berusia 14 (empat belas) tahun. Usia yang sangat muda dan sangat mudah
terpengaruh. Saat itu belum bisa memikirkan mana yang bisa merugikan kalau
dilakukan dan mana yang menguntungkan. Menurut pendapat anak seusia itu, kira-kira
apa yang dilakukan adalah hal yang baik dan wajar saja. Dengan pandangan yang
seperti itu, maka tidak heran ketika ada kesempatan, coba-coba merokok pun
terjadi.
Ketika itu, penulis duduk di
kelas 2 (dua) Madrasah Tsanawiyah swasta di pedesaan di Kabupaten pemekaran
dari Kabupaten Hulu Sungai Utara yang sekarang menjadi Kabupaten Balangan
Provinsi Kalimantan Selatan yang beroperasi sore hari dari jam 13.30 Wita s.d.
17.00. Oleh karena mata pencaharian masyarakat sekitar penyadap karet yang
berkegiatan pagi hari, maka setiap pagi, penulis sudah mulai bekerja membantu
orang tua menyadap karet dan sudah mulai memegang uang sendiri. Setelah selesai
sekitar jam 10.00 pagi, sebagian kawan-kawan sekolah berkumpul dan di sanalah
ide membeli rokok patungan terjadi. Tujuannya tidak ada selain coba-coba.
https://images.app.goo.gl/VJyDbaza7UGy2jRk6 |
Kegiatan itu berlangsung beberapa
minggu. Hari demi hari, jumlah rokok yang dihisap semakin bertambah, asalnya
satu batang menjadi dua sampai tiga batang sehari. Perasaan mulai bisa
menikmati rasa rokok sudah muncul. Setiap habis makan siang, sebelum berangkat
ke sekolah, berkumpul dulu sekedar menghisap rokok sebatang bersama
kawan-kawan, setelah itu, baru berangkat ke sekolah bersama-sama memakai sepeda.
Lama kelamaan, ketagihan mulai
terasa. Ketika selesai makan, mulut terasa begitu tidak enak sehingga
cepat-cepat ke luar rumah untuk mencari tempat merokok. Sampai-sampai ketika
tidak punya uang, mencari puntung rokok orang tua atau rokok sisa jamaah di
masjid dicari dan dihisap. Pernah juga mencoba menghisap rotan yang sudah
kering yang biasanya dibikin kursi. Kebetulan di rumah ada kursi yang terbuat
dari rotan sehingga kursi tersebut di potong sedikit-demi sedikit untuk
dihisap, pokoknya “asal ngebul”. Namun untung saja saat itu tidak ada atau
tidak kenal narkoba sehingga hanya bertemu dengan rokok.
Titik balik terjadi suatu hari
ketika selesai makan siang sekitar jam 12.05 Wita, penulis langsung berangkat
ke masjid lebih awal dengan tujuan mencari sisa rokok dari jamaah. Ketika
mendapati sisa rokok yang terserak di asbak bekas jamaah tadi malam, sudah
menyalakan rokok dan bersiap menghisapnya, muncul pikiran “kaya ini pang
rasanya baroko te, mun aku tarusakan baroko, nang rugi aku jua, nang habis duit
aku lawan kuitan habis duit jua, ujar urang tuha, bila hudah kacanduan baroko,
ngaleh maampihi, kuitan tuhuk bacari hagan aku sakulah, amun kupakai baroko,
kasian sidin, mun dintu aku kada handak lagi baroko”. “seperti ini kah
rasanya merokok, kalau kuteruskan, aku juga yang rugi, yang habis duit aku dan
orang tuaku juga, kata orang tua, bila sudah kecanduan merokok, susah
meninggalkannya, orang tua cape bekerja untuk sekolahku, kalau kupakai untuk
merokok, kasihan beliau, kalau begitu, aku tidak mau lagi merokok”. Begitulah
kira-kira pikiran yang muncul di otak penulis saat itu dan sampai sekarang masih
membekas dan insya Allah tidak akan hilang.
Sejak saat itu, penulis sering
berpikir bahwa merokok hanya akan menghabiskan uang, lebih baik uang tersebut
digunakan untuk membeli makanan atau keperluan lainnya. Penulis juga bertekad
tidak mau lagi merokok walau apa pun godaannya. Penulis juga yakin bahwa
merokok dapat membuat kesehatan menjadi terganggu.
Keyakinan itulah yang tertanam
sampai saat ini dan tidak mudah terpengaruh oleh godaan ataupun provokasi dari
kawan-kawan. Benar saja ketika berangkat ke sekolah, kawan-kawan mengajak
merokok dan penulis menolak dengan santainya. Kawan-kawan mulai merayu dengan
berbagai kata-kata, mulai dari kata-kata semangat atau kata-kata merendahkan,
semua tidak ada efek dalam pikiran penulis dan dianggap angin lalu saja. Belum
lagi kawan-kawan di lingkungan masyarakat yang sering tergabung di tempat
kumpul seperti di warung, pos ronda dan tempat-tempat lainnya. Mereka selalu
mengajak merokok dengan berbagai argumen yang menurut mereka sangat benar. Mereka
mengeluarkan kata-kata seperti “merokok itu jantan, merokok itu gaul, merokok
itu menambah kreativitas, merokok itu menambah kawan, merokok itu membuat kita
semangat dan rajin bekerja, merokok itu anak papa” dan bermacam-macam ajakan yang
sifatnya memberi semangat agar penulis merokok. Selain itu, kata yang
merendahkan juga ada seperti “tidak merokok itu orang pelit, tidak bisa
menghargai kawan, tidak setia kawan, tidak bisa gabung dengan mereka dan
sebagainya”.
Menghadapi kata-kata seperti itu,
penulis tidak sedikit pun tergoda ingin kembali merokok karena prinsip yang
tertanam dalam hati dan pikiran penulis sudah sangat kuat yaitu “aku tidak ingin
merokok, apa pun alasannya”. Sehingga kawan-kawan sekampung yang
dulunya begitu kuat mengajak merokok, mereka menyerah sendiri dan berkata “parcuma
mambawai Wahyu ne baroko, inya kada pacang hakun”. “percuma mengajak Wahyu
ini merokok, ia tidak akan mau”. Akhirnya penulis bisa menghadapi kawan
sekampung dengan tenang dan tidak pernah ada masalah. Penulis juga selalu
diterima kemanapun berteman. Tidak ada penolakan berteman bagi yang tidak
merokok.
Setelah selesai sekolah di MTs,
penulis dihadapkan lagi pada tingkat yang lebih tinggi yaitu sekolah di
Madrasah Aliyah Negeri di Balangan yang dahulu masih bagian dari Hulu Sungai
Utara. Di sana tentunya beda kondisinya dengan di kampung, apalagi pada saat
itu, penulis sedang kos di daerah tersebut. Meskipun demikian, dengan
tertanamnya prinsip “aku tidak ingin merokok ditambah narkoba, apa
pun alasannya”, membuat penulis mampu menghadapi teman-teman baru yang
sangat berbeda sifat dan karakternya dengan kawan-kawan di kampung. Karena
berstatus menjadi anak kos, tentunya sering bertemu dengan bermacam orang, baik
yang masih sekolah atau tidak sekolah lagi. Sesama anak kos saling berkunjung
dan pertemanan juga berlangsung lintas sekolah seperti dengan anak SMA, SMK
dll.
https://images.app.goo.gl/kJ8m6W92iNanKD4bA |
Dengan luasnya pergaulan,
tentunya tantangan semakin berat. Teman yang merokok sudah biasa ditemui,
pengalaman baru juga didapat seperti teman yang bisa minum minuman keras, ada
yang menghisap sabu-sabu, penyalahgunaan obat distro dan obat-obatan warung
lainnya. Semuanya Alhamdulillah tidak pernah dicoba. Khusus untuk narkoba,
prinsip yang tertanam kuat dalam diri adalah ceramah dan pengajaran guru, baik
ketika sekolah atau ketika menghadiri majelis taklim. Ceramah tersebut tentang
hukum menggunakan barang-barang yang memabukkan yaitu HARAM > DOSA >
MASUK NERAKA. Itulah yang selalu menghalangi keinginan untuk mencoba
narkoba. Dengan jiwa yang kuat, ketika kawan mengajak untuk mencoba hal
tersebut. Penulis hanya berkata, “aku tidak mau”. Alhamdulillah semua kawan
yang terlibat dengan kegiatan tersebut tidak ada yang pernah memaksa sampai
mengancam. Semua menghormati dan menghargai keputusan penulis yang tidak mau
mencoba hal tersebut. Meskipun demikian, mereka tetap menerima penulis untuk
saling berteman.
Pengalaman penting ini juga sudah
sering penulis sampaikan pada siswa ketika mengajar sebagai upaya untuk
memperkuat prinsip diri agar tidak mudah terpengaruh sekaligus membuat siswa
menjadi tetap dihormati oleh orang lain. Namun yang menjadi permasalahan siswa
saat ini adalah mereka tidak cukup kuat menghadapi godaan yang datang pada
mereka. Mereka cukup takut dengan ancaman, baik ancaman fisik seperti disakiti
atau dipukul dan sebagainya, maupun ancaman psikologis seperti tidak ditemani
atau dibully. Tulisan ini bukan bermaksud menganggap diri paling hebat dari
yang lain dan untuk membanggakan diri, namun tulisan ini bertujuan sebagai
usaha memberikan sedikit pengalaman menghadapi godaan baik itu rokok ataupun
penyalahgunaan narkoba. Sekali lagi bahwa tidak mungkin mengendalikan
perusahaan rokok atau sindikat narkoba, yang bisa dilakukan adalah memperkuat
prinsip diri agar tidak terjerumus ke hal-hal negatif.
Demikian sedikit tulisan dari
anak desa yang berhasil menghadapi godaan rokok dan narkoba, semoga dengan
tulisan ini, bisa memberikan sumbangan bagi kebaikan anak-anak bangsa dalam
menghadapi kehidupan yang semakin keras di masa depan.
Balangan, 11 April 2020.
2 Komentar
Terima kasih. Bermanfaat...
BalasHapusSilakan blog walking di www.cecepgaos.com dan www.literahati.com
Siap om
Hapus