Recent Posts

(INSPIRASI) KEKUATAN PRINSIP


Kekuatan Prinsip Mengalahkan Godaan (Narkoba dan Rokok)


https://images.app.goo.gl/7h2W4oFfAJkF9mnd8
Setiap hari di media, baik televisi, internet, koran atau radio, kita mendapati berita tentang tertangkapnya pemakai narkoba, pengedar, kurir, produsen, penyeludup dan pebisnis narkoba. Baik orang dewasa, laki-laki dan perempuan dan bahkan sudah merambah ke dunia remaja dan anak-anak. Kalau tidak narkoba, alkohol atau penyalahgunaan obat-obatan yang beredar di pasaran. Hal ini sudah sering terjadi dan sudah pada tahap menghawatirkan bagi anak-anak dan generasi muda di Indonesia.
Lain lagi dengan narkoba, salah satu kegiatan yang tidak bisa dipandang enteng yang terjadi pada bangsa Indonesia saat ini adalah rokok. Dengan banyaknya peringatan bahwa merokok dapat merugikan kesehatan, gencarnya sosialisasi maupun pembelajaran di sekolah tentang merokok, bahkan di bungkus rokok itu sendiri sudah tertulis dan terdapat gambar yang begitu mengerikan tentang bahaya rokok, tetapi masih saja banyak remaja yang mencoba menghisap rokok.
Kenapa hal ini bisa terjadi? Padahal mereka tahun betapa berbahayanya kedua barang tersebut di atas. Apakah karena faktor pendidikan, produsen barang tersebut, pengiklan atau media, orang tua, kawan atau lingkungan, penjual atau beratnya beban hidup. Hal ini tentunya tidak bisa dijawab oleh penulis. Namun sebagai bentuk sumbangsih sedikit pengalaman ketika masa remaja, yang perlu dilakukan remaja pada saat ini adalah menjaga dan melindungi diri sendiri. Sebab, tidak mungkin bisa mengendalikan para raksasa perusahaan rokok atau bandar dan produsen narkoba kecuali kita mempunyai kekuasaan atau pengaruh yang sangat kuat di dunia ini.
Dalam tulisan ini, tujuan utamanya adalah bukan untuk mendiskreditkan para perokok senior yang membaca tulisan ini, namun lebih di arahkan kepada para remaja yang masih dalam tahap  coba-coba atau tahap kecanduan yang ringan. Namun kalau untuk penyalahgunaan narkoba, tulisan ini bertujuan agar saudara-saudara yang menggunakannya bisa sadar dan kembali ke jalanNya yang lurus. Namun, secara umum, tulisan ini dipersembahkan untuk mengajak para pembaca untuk meninggalkan penyalahgunaan narkoba dan penggunaan rokok demi masa depan yang lebih baik dan lebih sejahtera dengan harapan setiap usaha untuk meninggalkan perbuatan terlarang atau maksiat tersebut menjadikan pahala dan dicatat sebagai ibadah oleh Allah SWT.
Cerita ini berawal ketika penulis masih berusia 14 (empat belas) tahun. Usia yang sangat muda dan sangat mudah terpengaruh. Saat itu belum bisa memikirkan mana yang bisa merugikan kalau dilakukan dan mana yang menguntungkan. Menurut pendapat anak seusia itu, kira-kira apa yang dilakukan adalah hal yang baik dan wajar saja. Dengan pandangan yang seperti itu, maka tidak heran ketika ada kesempatan, coba-coba merokok pun terjadi.
Ketika itu, penulis duduk di kelas 2 (dua) Madrasah Tsanawiyah swasta di pedesaan di Kabupaten pemekaran dari Kabupaten Hulu Sungai Utara yang sekarang menjadi Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan yang beroperasi sore hari dari jam 13.30 Wita s.d. 17.00. Oleh karena mata pencaharian masyarakat sekitar penyadap karet yang berkegiatan pagi hari, maka setiap pagi, penulis sudah mulai bekerja membantu orang tua menyadap karet dan sudah mulai memegang uang sendiri. Setelah selesai sekitar jam 10.00 pagi, sebagian kawan-kawan sekolah berkumpul dan di sanalah ide membeli rokok patungan terjadi. Tujuannya tidak ada selain coba-coba.

https://images.app.goo.gl/VJyDbaza7UGy2jRk6
Kegiatan itu berlangsung beberapa minggu. Hari demi hari, jumlah rokok yang dihisap semakin bertambah, asalnya satu batang menjadi dua sampai tiga batang sehari. Perasaan mulai bisa menikmati rasa rokok sudah muncul. Setiap habis makan siang, sebelum berangkat ke sekolah, berkumpul dulu sekedar menghisap rokok sebatang bersama kawan-kawan, setelah itu, baru berangkat ke sekolah bersama-sama memakai sepeda.
Lama kelamaan, ketagihan mulai terasa. Ketika selesai makan, mulut terasa begitu tidak enak sehingga cepat-cepat ke luar rumah untuk mencari tempat merokok. Sampai-sampai ketika tidak punya uang, mencari puntung rokok orang tua atau rokok sisa jamaah di masjid dicari dan dihisap. Pernah juga mencoba menghisap rotan yang sudah kering yang biasanya dibikin kursi. Kebetulan di rumah ada kursi yang terbuat dari rotan sehingga kursi tersebut di potong sedikit-demi sedikit untuk dihisap, pokoknya “asal ngebul”. Namun untung saja saat itu tidak ada atau tidak kenal narkoba sehingga hanya bertemu dengan rokok.
Titik balik terjadi suatu hari ketika selesai makan siang sekitar jam 12.05 Wita, penulis langsung berangkat ke masjid lebih awal dengan tujuan mencari sisa rokok dari jamaah. Ketika mendapati sisa rokok yang terserak di asbak bekas jamaah tadi malam, sudah menyalakan rokok dan bersiap menghisapnya, muncul pikiran “kaya ini pang rasanya baroko te, mun aku tarusakan baroko, nang rugi aku jua, nang habis duit aku lawan kuitan habis duit jua, ujar urang tuha, bila hudah kacanduan baroko, ngaleh maampihi, kuitan tuhuk bacari hagan aku sakulah, amun kupakai baroko, kasian sidin, mun dintu aku kada handak lagi baroko”. “seperti ini kah rasanya merokok, kalau kuteruskan, aku juga yang rugi, yang habis duit aku dan orang tuaku juga, kata orang tua, bila sudah kecanduan merokok, susah meninggalkannya, orang tua cape bekerja untuk sekolahku, kalau kupakai untuk merokok, kasihan beliau, kalau begitu, aku tidak mau lagi merokok”. Begitulah kira-kira pikiran yang muncul di otak penulis saat itu dan sampai sekarang masih membekas dan insya Allah tidak akan hilang.
Sejak saat itu, penulis sering berpikir bahwa merokok hanya akan menghabiskan uang, lebih baik uang tersebut digunakan untuk membeli makanan atau keperluan lainnya. Penulis juga bertekad tidak mau lagi merokok walau apa pun godaannya. Penulis juga yakin bahwa merokok dapat membuat kesehatan menjadi terganggu.
Keyakinan itulah yang tertanam sampai saat ini dan tidak mudah terpengaruh oleh godaan ataupun provokasi dari kawan-kawan. Benar saja ketika berangkat ke sekolah, kawan-kawan mengajak merokok dan penulis menolak dengan santainya. Kawan-kawan mulai merayu dengan berbagai kata-kata, mulai dari kata-kata semangat atau kata-kata merendahkan, semua tidak ada efek dalam pikiran penulis dan dianggap angin lalu saja. Belum lagi kawan-kawan di lingkungan masyarakat yang sering tergabung di tempat kumpul seperti di warung, pos ronda dan tempat-tempat lainnya. Mereka selalu mengajak merokok dengan berbagai argumen yang menurut mereka sangat benar. Mereka mengeluarkan kata-kata seperti “merokok itu jantan, merokok itu gaul, merokok itu menambah kreativitas, merokok itu menambah kawan, merokok itu membuat kita semangat dan rajin bekerja, merokok itu anak papa” dan bermacam-macam ajakan yang sifatnya memberi semangat agar penulis merokok. Selain itu, kata yang merendahkan juga ada seperti “tidak merokok itu orang pelit, tidak bisa menghargai kawan, tidak setia kawan, tidak bisa gabung dengan mereka dan sebagainya”.
Menghadapi kata-kata seperti itu, penulis tidak sedikit pun tergoda ingin kembali merokok karena prinsip yang tertanam dalam hati dan pikiran penulis sudah sangat kuat yaitu “aku tidak ingin merokok, apa pun alasannya”. Sehingga kawan-kawan sekampung yang dulunya begitu kuat mengajak merokok, mereka menyerah sendiri dan berkata “parcuma mambawai Wahyu ne baroko, inya kada pacang hakun”. “percuma mengajak Wahyu ini merokok, ia tidak akan mau”. Akhirnya penulis bisa menghadapi kawan sekampung dengan tenang dan tidak pernah ada masalah. Penulis juga selalu diterima kemanapun berteman. Tidak ada penolakan berteman bagi yang tidak merokok.
Setelah selesai sekolah di MTs, penulis dihadapkan lagi pada tingkat yang lebih tinggi yaitu sekolah di Madrasah Aliyah Negeri di Balangan yang dahulu masih bagian dari Hulu Sungai Utara. Di sana tentunya beda kondisinya dengan di kampung, apalagi pada saat itu, penulis sedang kos di daerah tersebut. Meskipun demikian, dengan tertanamnya prinsip “aku tidak ingin merokok ditambah narkoba, apa pun alasannya”, membuat penulis mampu menghadapi teman-teman baru yang sangat berbeda sifat dan karakternya dengan kawan-kawan di kampung. Karena berstatus menjadi anak kos, tentunya sering bertemu dengan bermacam orang, baik yang masih sekolah atau tidak sekolah lagi. Sesama anak kos saling berkunjung dan pertemanan juga berlangsung lintas sekolah seperti dengan anak SMA, SMK dll.

https://images.app.goo.gl/kJ8m6W92iNanKD4bA
Dengan luasnya pergaulan, tentunya tantangan semakin berat. Teman yang merokok sudah biasa ditemui, pengalaman baru juga didapat seperti teman yang bisa minum minuman keras, ada yang menghisap sabu-sabu, penyalahgunaan obat distro dan obat-obatan warung lainnya. Semuanya Alhamdulillah tidak pernah dicoba. Khusus untuk narkoba, prinsip yang tertanam kuat dalam diri adalah ceramah dan pengajaran guru, baik ketika sekolah atau ketika menghadiri majelis taklim. Ceramah tersebut tentang hukum menggunakan barang-barang yang memabukkan yaitu HARAM > DOSA > MASUK NERAKA. Itulah yang selalu menghalangi keinginan untuk mencoba narkoba. Dengan jiwa yang kuat, ketika kawan mengajak untuk mencoba hal tersebut. Penulis hanya berkata, “aku tidak mau”. Alhamdulillah semua kawan yang terlibat dengan kegiatan tersebut tidak ada yang pernah memaksa sampai mengancam. Semua menghormati dan menghargai keputusan penulis yang tidak mau mencoba hal tersebut. Meskipun demikian, mereka tetap menerima penulis untuk saling berteman.
Pengalaman penting ini juga sudah sering penulis sampaikan pada siswa ketika mengajar sebagai upaya untuk memperkuat prinsip diri agar tidak mudah terpengaruh sekaligus membuat siswa menjadi tetap dihormati oleh orang lain. Namun yang menjadi permasalahan siswa saat ini adalah mereka tidak cukup kuat menghadapi godaan yang datang pada mereka. Mereka cukup takut dengan ancaman, baik ancaman fisik seperti disakiti atau dipukul dan sebagainya, maupun ancaman psikologis seperti tidak ditemani atau dibully. Tulisan ini bukan bermaksud menganggap diri paling hebat dari yang lain dan untuk membanggakan diri, namun tulisan ini bertujuan sebagai usaha memberikan sedikit pengalaman menghadapi godaan baik itu rokok ataupun penyalahgunaan narkoba. Sekali lagi bahwa tidak mungkin mengendalikan perusahaan rokok atau sindikat narkoba, yang bisa dilakukan adalah memperkuat prinsip diri agar tidak terjerumus ke hal-hal negatif.
Demikian sedikit tulisan dari anak desa yang berhasil menghadapi godaan rokok dan narkoba, semoga dengan tulisan ini, bisa memberikan sumbangan bagi kebaikan anak-anak bangsa dalam menghadapi kehidupan yang semakin keras di masa depan.

Balangan, 11 April 2020.

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Terima kasih. Bermanfaat...

    Silakan blog walking di www.cecepgaos.com dan www.literahati.com

    BalasHapus