Lawan kekerasan terhadap perempuan dengan Pemberdayaan Perempuan
Kesetaraan gender merujuk
kepada suatu keadaan setara antara laki-laki dan perempuan dalam pemenuhan hak
dan kewajiban[1]. Dari
pengertian di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa tujuan digalakkannya
kesetaraan gender adalah tercapainya kondisi yang adil atau tidak diskriminatif
terhadap gender (berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan) dalam sudut
pandang sebuah kebudayaan.
Banyak kita lihat pada banyak
kebudayaan di Indonesia, beberapa kebiasaan yang diskriminatif terjadi lantaran
latar belakang budaya yang memang membentuk perbedaan tersebut, misalnya
seorang perempuan hanya bertugas mengurusi anak dan memasak atau kegiatan di
dapur, sedangkan untuk militer ataupun kegiatan keras dan mencari nafkah
diserahkan kepada laki-laki.
Dengan kondisi seperti di atas,
menyebabkan ketimpangan yang cukup lebar antara laki-laki dan perempuan dalam
hal pengalaman, kemampuan komunikasi, bersosialisasi, membantu ekonomi
keluarga, pola pikir dan sebagainya. Selain itu kondisi yang seperti di atas
bisa menyebabkan para perempuan rentan untuk mendapatkan kekerasan karena
mereka tidak banyak kesempatan untuk mengetahui bagaimana sebenarnya dunia di
luar yang sering dialami oleh laki-laki.
Dengan minimnya pengalaman di luar,
membuat perempuan rentan mendapatkan perlakuan kekerasan dari laki-laki. Hal
ini dapat kita lihat seringnya terjadi penganiayaan dan pemerkosaan terhadap
perempuan. Banyak kekerasan terhadap perempuan terjadi di keluarga dan di
lingkungan kita.
Apa sebenarnya yang bisa kita
lakukan untuk melawan atau mengurangi
kekerasan terhadap perempuan? Tentu pasti ada tindakan yang bisa kita
lakukan yaitu pemberdayaan perempuan di berbagai lini.
Lantas pemberdayaan yang seperti apa
yang bisa kita lakukan? Yaitu pemberdayaan pada bidang pendidikan, sosial,
ekonomi, budaya dan fisik.
Pemberdayaan perempuan di bidang
pendidikan bisa kita lakukan dengan mencari setiap anak perempuan yang putus
sekolah untuk diberikan pengertian pentingnya pendidikan. Hendaknya setiap RT
bisa ada relawan yang melaksanakan kegiatan tersebut. dan alangkah lebih
baiknya lagi ada relawan yang bisa membantu para perempuan putus sekolah
tersebut kebutuhan mereka agar mereka bisa sekolah.
Pada bidang sosial, kita bisa
membuat kegiatan positif seperti arisan para perempuan yang diselingi dengan
kegiatan doa dan zikir atau kegiatan keagamaan lainnya.
Sedangkan pada bidang ekonomi, kita
bisa memberikan pelatihan keterampilan pada para perempuan untuk kegiatan
ekonomi seperti pelatihan keterampilan rias, memasak, pemasaran dan sebagainya.
Dengan demikian, para perempuan bisa berdaya dalam hal ekonomi dan bisa
membantu ekonomi keluarga.
Terkait dengan kekerasan fisik yang
sering dialami perempuan, inilah hal penting yang bisa kita lakukan yaitu
membekali perempuan dengan kemampuan komunikasi yang baik dan tentunya
kemampuan bela diri. Di setiap RT hendaknya ada sanggar bagi perempuan untuk
melatih kemampuan bela diri untuk bekal mereka menghindari kekerasan yang
sering dilakukan kaum pria, misalnya di jalan atau di tempat-tempat sunyi,
menghindarkan diri dari aksi pembegalan, perampokan, pencopetan dan sebagainya.
Tentunya dengan keterampilan bela
diri, para perempuan akan cukup percaya diri dalam membela dirinya dari kekerasan
yang sering dilakukan oleh kaum pria yang tidak bertanggung jawab.
[1]
Kementerian PPPA RI. Mencapai Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan kaum
Perempuan.
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1439/mencapai-kesetaraan-gender-dan-memberdayakan-kaum-perempuan
2 Komentar
Artikel yang inspiratif. Terimakasih informasinya. Salam kenal, saya dari https://orangtuaidaman.com
BalasHapusSalam kenal juga dari saya, semoga bisa bersilaturrahmi dengan anda.
Hapus