Batu Kali
Dalam
setiap pembangunan sebuah rumah atau gedung atau bangunan lainnya yang
bermaterialkan beton, kita pasti melihat ada tumpukan batu kali atau batu
gunung. Berwarna hitam atau putih atau kecokelatan dan berbentuk besar atau
kecil. Menumpuk di setiap sudut lokasi pembangunan. Terkadang berserakan tak
karuan seolah-olah batu tersebut tidak berharga.
Setiap
kali kita mendengar kata batu kali atau batu gunung, pikiran kita selalu
tertuju pada benda yang keras dan kasar untuk pembuatan bangunan terutama pondasi
sebuah bangunan. Batu tersebut begitu banyaknya, namun uang yang dikeluarkan
tidak sebanding dengan kuantitas tumpukan batu tersebut. Satu truk batu cuman
di bayar seharga 500 ribu sampai 1 juta rupiah. Harga yang sangat murah jika
dibandingkan dengan batu-batu lainnya seperti permata, intan, akik dan lainnya.
Benar
saja apa yang selama ini ada dalam pikiran kita bahwa batu kali atau batu
gunung itu adalah batu yang tidak begitu berharga karena harganya sangat murah,
tidak sebanding dengan batu-batu lainnya. Oleh karena harga mereka sangat
murah, mereka sering dianggap benda yang sangat biasa saja dan tidak ada
keistimewaannya sama sekali selain untuk bangunan.
Hal
ini memang sudah seakan menjadi kebiasaan manusia bahwa menganggap barang yang
murah itu tidak mempunyai keistimewaan karena kebanyakan manusia hanya menilai
suatu barang dari harganya. Namun dibalik murahnya harga batu tersebut, ada hal
yang mungkin dilupakan oleh orang-orang yaitu kekuatan.
Memang
bentuk fisiknya yang kasar, tidak mempunyai warna yang indah dan menarik, mudah
didapatkan atau berada dimana-mana bahkan berada di tempat yang kotor,
terkadang sebagian dari mereka berada di tengah jalan dan bisa mengganggu perjalanan
dan mungkin bisa membuat celaka para pengguna jalanan, hal itulah yang
menyebabkan batu kali atau batu gunung menjadi benda yang tidak terlalu berharga.
Dari
deskripsi sang batu di atas, kita melihat bahwa betapa tidak dihargainya batu
gunung dibandingkan batu permata, intan dan lainnya hanya karena mereka
jumlahnya begitu banyak dan berserakan dimana-mana. Di pinggir jalan, di kali,
di selokan, di depan rumah dan sebagainya. Sangat berbeda perlakuannya dengan
batu permata, intan, akik dan lainnya yang memang mempunyai bentuk yang sangat
indah, susah didapat sehingga membuat harganya begitu mahal bahkan melebihi
harga sebuah mobil atau motor.
Sungguh
ironi ketika jumlah yang banyak dianggap tidak begitu berharga atau bahkan bisa
dianggap pengganggu, sedangkan mereka yang berjumlah kecil dan memang memiliki sedikit
keistimewaan dianggap sangat berharga dan diagung-agungkan. Begitulah kira-kira
kehidupan di dunia ini adanya.
Apakah
dengan jumlah yang banyak tersebut selalu dianggap tidak punya keistimewaan
sama sekali selain hanya untuk menjadi bawahan atau dasar dari suatu bangunan? Tentu
tidak demikian adanya. Marilah kita berpikir secara terbuka untuk menerima
segala keistimewaan dari batu kali atau batu gunung tersebut.
Walaupun
mereka hanya menjadi batu kelas sekian, namun ketika suatu bangunan akan
dibuat, maka salah satu komponen utamanya adalah batu kali untuk membuat pondasi.
Bangunan yang kuat dan megah tidak pernah lepas dari peran batu kali yang hina
dan murah tersebut. Batu yang tadinya dianggap tidak berguna akan sangat dicari
ketika mereka habis karena tidak bisa digantikan perannya oleh batu permata
atau intan yang katanya tadi sangat diagungkan dan dimuliakan. Mereka tidak
akan pernah cukup untuk menggantikan peran dari batu gunung. Walaupun mereka
cukup dalam hal jumlah, tentunya akan berjuta kali lipat biaya yang dikeluarkan
pemilik rumah untuk memenuhi kebutuhan batu tersebut.
Kita
dapat membayangkan betapa galaunya pemilik rumah seandainya batu gunung bersatu
dan sepakat tidak mau menjadi bagian dari sebuah bangunan. Apa yang bisa
dilakukan oleh batu-batu mulia lainnya untuk menggantikan peran batu gunung
tersebut. Tentunya tidak akan bisa batu-batu tersebut berbuat banyak.
Apa
yang bisa kita ambil inspirasi dari sebuah batu gunung yang murah dan tidak
begitu berharga? Sebagai orang yang memiliki keistimewaan, misalnya kita
sebagai orang yang berpendidikan, berharta, mempunyai jabatan atau kekuasaan,
hendaknya kita selalu mau melihat dan merenungi keadaan diri kita dan mau
peduli terhadap keadaan orang lain yang berada atau dalam posisi yang
berlawanan dengan kita. Setiap posisi tersebut memang sudah ditentukan oleh
yang maha kuasa selayaknya batu kali dan batu permata dimana mereka sama-sama
batu, namun yang satu diberikan keistimewaan dan yang satu tentunya juga pasti
mempunyai keistimewaan yang tidak dimiliki oleh batu lainnya.
Demikian
juga kita sebagai manusia tentunya harus menyadari hal yang demikian tersebut. Kita
sering menganggap bahwa diri kita lebih baik dari mereka yang jumlahnya sangat
banyak di negeri ini. Pemandangan seperti itu saat ini masih saja sering kita
jumpai atau bahkan diri kita sendiri masih memiliki pandangan bahwa diri kita
lebih baik dari mereka. Seandainya mereka bisa memilih, mungkin mereka akan
memilih menjadi seperti kita saat ini yang punya beberapa keistimewaan seperti orang
yang berpendidikan, berharta, mempunyai jabatan atau kekuasaan. Namun sang
penguasa dunia telah memilih mereka menjadi seperti sekarang ini dan memilih
kita juga menjadi seperti sekarang ini.
Kita
dapat melihat seorang dosen memarahi mahasiswanya habis-habisan hanya karena
salah ketik, seorang bos memarahi anak buahnya dan bahkan memecatnya hanya
karena kesalahan sepele, seorang kaya yang memarahi pengemis secara luar biasa
dengan sumpah serapah dimana mereka hanya meminta sedikit dari harta kita.
Selayaknya
batu kali dan batu mulia bahwa batu mulia tidak akan pernah berharga kalau batu
kali tidak pernah ada. Mereka berharga hanya karena ada pembanding dari mereka.
Demikian juga kehidupan kita di dunia ini. Kita tidak pernah pintar atau dicap
sebagai orang pintar kalau semua isi dunia ini terdiri dari orang pintar semua.
Sebaliknya kita akan terlihat atau terasa pintar ketika ada orang yang
kepintarannya berada di bawah kita. Demikian juga seorang penguasa, orang kaya
dan pengusaha, mereka tidak akan pernah ada dan tidak akan pernah sukses tanpa
adanya orang lain yang lebih rendah tersebut.
Inti
dari inspirasi kali ini adalah bagi kita orang yang memiliki keistimewaan
layaknya batu intan permata, jadilah batu yang bijaksana dalam melihat dan
bersikap terhadap manusia lainnya yang bernasib layaknya batu kali. Janganlah sombong
dan takabur atas apa yang dimiliki saat ini dan sudilah kiranya berbagi dengan
mereka yang berada di bawah kita. Sedangkan jika kita yang bernasib layaknya
sebagai batu kali, jangan pernah merasa rendah diri. Teruslah menanamkan rasa
optimisme bahwa manusia itu semua sama derajatnya. Kita adalah orang yang juga
termasuk istimewa walaupun nasib kita berada di bawah mereka yang seperti batu
intan permata. Kita memiliki jumlah yang banyak dengan solidaritas tinggi. Kita
memiliki kekuatan fisik dan sudah terbukti tahan diberbagai “cuaca” atau
kondisi kerasnya kehidupan, kita adalah orang kuat dan kita adalah makhluk yang
mulia walaupun bentuk fisik dan nasib kita terlihat tidak mulia atau biasa
saja. Kita sama-sama akan kembali kepadaNya untuk mempertanggungjawabkan peran
kita semasa menjadi “batu” di dunia. Jadilah “batu“ yang tetap saling
menghormati dan menghargai “batu” lainnya selayaknya sebuah bangunan yang
memiliki peran dan fungsinya masing-masing.
Balangan, 10 Maret 2020
0 Komentar