Recent Posts

(INSPIRASI) KIPAS ANGIN PUN BISA BERDEBU

KIPAS ANGIN YANG BERDEBU


https://images.app.goo.gl/Qh7kMUGmFvjR4VhGA
Kipas angin saat ini merupakan benda yang cukup banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Keberadaannya sangat dibutuhkan ketika cuaca panas dan akan dimatikan ketika cuaca sudah sejuk. Namun ada juga kipas angin digunakan sebagai alat untuk mengusir atau melindungi diri dari nyamuk ketika tidur. Berbagai keperluan bisa juga dipenuhi dengan kipas angin seperti mempermudah bakar-bakaran, membersihkan padi dan sekedar hiasan di ruangan. Begitu besar manfaat kipas angin bagi kehidupan manusia membuat benda ini menjadi primadona pada zamannya. Namun sekarang, kipas angin ini sudah mulai kehilangan pamornya bagi sebagian orang dan mulai tergantikan oleh alat yang lebih modern yaitu air conditioner atau AC.

Di bangunan-bangunan mewah memang sudah jarang ditemukan kipas angin terpasang di dinding atau berdiri di lantai. Namun pada tempat-tempat sederhana atau tempat klasik, masih banyak kita temukan kipas angin ini menemani aktivitas atau sekedar hiasan di atas plafon ruangan. Memang pergeseran zaman tidak akan pernah berhenti. Peran kipas angin sudah mulai tergantikan oleh AC yang dirasa sangat nyaman bagi sebagian orang. Namun, AC tidak begitu nyaman bagi sebagian orang karena ada yang tidak suka akan tempat tertutup atau tidak terbiasa dengan dinginnya AC. Udara AC yang dingin akan membuat kulit kering dan ketika keluar ruangan, suhu panas akan sangat terasa.
Namun, pada inspirasi kali ini, penulis tidak akan membahas tentang perbandingan antara kipas angin dengan AC secara kasat mata. Pembahasan tulisan ini ditujukan menggugah kesadaran kita semua tentang kenapa kipas angin yang pada kenyataannya selalu bergerak, tetapi bisa terkena debu dan kalau lama tidak dibersihkan, maka debu akan semakin tebal. Padahal, kipas angin sering digunakan untuk menghilangkan debu, tetapi kenapa justru dia yang terkena debu. Secara logika, penulis mengamati pergerakan kipas angin dan menemukan fakta bahwa kipas angin tersebut semakin hari, debu yang menempel semakin tebal, padahal menurut logika penulis bahwa debu akan sulit menempel ketika kipas angin sedang berputar.
Penulis awalnya memikirkan bahwa tidak mungkin benda yang berputar dengan cepat mudah dihinggapi benda yang sangat ringan seperti debu. Pastinya debu akan melayang ketika mereka tertiup angin. Namun faktanya, di rumah sendiri penulis melihat semakin hari, kipas angin di rumah penulis semakin tebal debunya. Bahkan ketika dua bulan tidak dibersihkan, warna dasar dari baling-baling kipas angin mulai berubah menjadi kecokelatan karena banyaknya debu yang menempel di baling-baling dan kover kipas angin yang menempel di dinding. Tidak hanya mengubah tampilan kipas angin, debu-debu tersebut juga membuat angin yang dihasilkan dari putarannya mulai berkurang dan suara dari kipas angin tersebut mulai berisik.
Dari fakta di atas, ternyata debu sangat mudah menempel di kipas angin yang berputar dengan cepat tersebut. Bahkan tidak peduli seberapa cepatnya putaran kipas angin tersebut, debu akan tetap menempel dan kalau lama tidak dibersihkan, maka akan mengganggu kinerja dan angin yang dihasilkan kipas angin tersebut. Lantas, apa yang bisa kita ambil pelajaran dari hal yang sangat sepele tersebut. Bukankah debu merupakan benda yang tidak berharga dan debu hanya merusak pemandangan. Ia juga dapat mengganggu kesehatan, oleh karena itu, debu yang menempel pada benda di rumah harus dibersihkan. Jangan sampai debu mengganggu keindahan pemandangan ruangan dan mengganggu kesehatan anggota keluarga.
Lantas, apa yang bisa diambil pelajaran dari debu yang menempel pada kipas angin. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita mempunyai peran yang berbeda-beda. Ada yang berperan sebagai petani, pedagang, sopir, pilot, guru, dokter, tukang, buruh dan sebagainya. Dari sekian banyak peran tersebut, ada yang berperan menjadi guru, kiai, ustaz atau pendakwah. Nah, peran seperti inilah yang penulis umpamakan seperti sebuah kipas angin. Mereka dengan senang hati akan memberikan kesejukan rohani pada orang lain. Mereka juga bisa membantu orang lain untuk menampilkan keindahan jiwa dengan menghilangkan debu-debu atau sifat-sifat buruk dari dalam jiwa manusia. Oleh karena itu, betapa hebatnya orang seperti mereka.
Namun, dengan profesi kita yang selayaknya sebuah kipas angin yang memberi kesejukan pada orang lain, bukan berarti kita terbebas dari segala dosa dan kesalahan. Profesi seperti ini sering terlupakan oleh kita. Terkadang kita selalu menganggap diri kita sudah berbuat benar dan berbuat kebaikan dengan memberikan nasihat dan pelajaran pada orang lain. Kita selalu dielu-elukan, orang hormat dan menunduk ketika bertemu dengan kita, menyalami dan mencium tangan kita ketika bersalaman. Begitulah setiap hari ketika kita bertemu dan bergaul dengan anak didik kita atau dengan murid-murid kita.
https://images.app.goo.gl/oHir67QbkPhTiNZ58

Kesalahan memang terkadang tidak terasa menempel pada diri kita seperti debu yang menempel pada baling-baling kipas angin. Meskipun kita selalu memberikan atau menyampaikan kebaikan dan kebenaran. Ada satu hal yang terkadang tidak kita sadari dan itu sering terjadi pada diri kita selaku seorang guru atau orang yang mempunyai kesempatan memberikan pembelajaran pada orang lain. Ketika kita sudah melaksanakan tugas kita sebagai pengajar, kita merasa sudah berbuat baik. Kita menganggap diri kita lebih baik dan lebih hebat dari mereka. Di sinilah letaknya kesalahan kita, seperti debu yang tidak terasa menempel meskipun baling-baling kipas angin selalu bergerak.
Perasaan lebih baik dan lebih hebat dari orang lain inilah yang tidak semestinya ada dalam diri kita. Dia seperti debu yang mengotori jiwa kita. Jika tidak dibersihkan, maka akan membuat hati kita akan menjadi tinggi dan suatu saat nanti bisa menjadi kesombongan. Oleh karena itu, sebisa mungkin setiap hari kita selalu merenungi segala kesalahan kita agar kesalahan tersebut tidak tinggal lama di dalam hati kita. Sebagai manusia biasa yang tidak lepas dari kesalahan dan dosa, memang sedikit banyaknya setiap jiwa pasti pernah merasa lebih hebat atau merasa lebih baik dari orang lain, namun ada yang menyadari dan cepat untuk bertobat dan ada pula yang tidak menyadari. Dia merasa perasaannya tersebut memang benar sehingga dia tidak merasa bersalah dan tidak mau bertobat.
Demikianlah adanya kita sebagai manusia. Kita seperti kipas angin yang walaupun selalu berputar atau memberikan kesejukan pada orang lain, tidak menutup kemungkinan akan ditempeli debu. Begitu juga faktanya diri kita, meskipun kita sebagai guru atau orang yang dianggap mempunyai pengetahuan dan bertugas menyampaikannya pada orang lain, kita tidak akan pernah terlepas dari kesalahan, baik kesalahan fisik dan terlebih lagi kesalahan hati. Kita sering merasa lebih baik dan lebih mulia atau lebih hebat dari orang lain. Perasaan ini layaknya debu yang harus selalu kita bersihkan agar kesejukan (ilmu) yang kita sampaikan menjadi berkah bagi orang lain dan terlebih lagi bagi diri kita sendiri.

Balangan, 31 Maret 2020

Posting Komentar

6 Komentar

  1. kipas angin, kisah yang menginspirasi dan memberi pelajaran

    BalasHapus
  2. Teruslah berkarya malalui goresan pena, semoga bermunculan wahyu-wahyu yg lain khususx di kemenag Balangan. Aamiin

    BalasHapus